Rabu, 12 Desember 2012

Penyakit Baru Leptospirosis Sedang Menyebar  PDF Print E-mail

  Salah satu penyakit pasca gempa yang mengintai korban gempa adalah Leptospirosis. Penyakit ini adalah salah satu penyakit menular yang berasal dari hewan dan menjangkiti manusia dan termasuk penyakit zoonosis paling sering di dunia.
Leptospirosis disebabkan bakteri patogen berbentuk spiral genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40 persen.
Infeksi ringan diperkirakan pada 90 persen kasus. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita yang mempunyai daya tahan tubuh rendah mempunyai resiko kematian tinggi. Pada usia di atas 50 tahun, risiko kematiannya bisa mencapai 56 persen. Pada penderita ikterus yang sudah mengalami kerusakan hati, risiko kematiannya lebih tinggi.

Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, mayoritas berusia 10-39 tahun, maka bisa jadi usia adalah sebuah faktor risiko.

Di Indonesia, penularan paling sering adalah melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi urine tikus yang terinfeksi leptospira.
Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus. Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien.

Masa inkubasi leptospirosis 2 - 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal. Pada ginjal kuman bisa menyebabkan peradangan ginjal dan kematian jaringan sampai gagal ginjal. Gangguan hati juga mungkin terjadi sehingga bisa menyebabkan ikterus (kulit berwarna kekuningan). Jika leptospira mengenai otot maka bisa menyebabkan pembengkakan, kerusakan jaringan hingga gangguan permeabilitas kapiler pembuluh darah sedangkan gangguan paru yang sering terjadi adalah batuk darah.

Infeksi leptospirosis mempunyai gejala yang sangat bervariasi bahkan kadang hampir tidak ada gejala sehingga sering terjadi kesalahan dalam mendiagnosa. Hampir 15-40 persen penderita yang terinfeksi tidak bergejala tetapi pemeriksaan laboratorium positif.

Cara menghindari atau mengurangi resiko leptospirosis adalah dengan menghindari atau mengurangi kontak dengan binatang yang kira- kira terkena air atau lahan yang tercemar. Pakailah sarung tangan, baju dan kacamata pelindung. Perhatikan kebersihan lingkungan dan binatang pengerat seperti tikus harus diperhatikan.

Komplikasi tergantung dari perjalanan penyakit dan pengobatannya. Perkiraan kondisi penderita di masa depan tergantung dari ringan atau beratnya infeksi.

Senin, 08 Oktober 2012

Cara Mengukur Tekanan Darah Dengan Menggunakan Tensi Meter Jarum

Cara Mengukur Tekanan Darah Menggunakan Tensi Meter Jarum

Tensimeter jarum

Cara Mengukur Tekanan Darah Menggunakan Tensi Meter Jarum~Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang jamak ada disekitar kita. Penyakit ini ditengarai disebabkanoleh adanya gaya hidup yang tidak sehat, mulai dari pola makan, tidak pernah melakukan olah raga, hingga manajemen masalah yang kurang tepat sehingga berdampak munculnya penyakit darah tinggi atau hipertensi ini. Agar tidak terjadi akibat fatal dari penyakit ini, perlu tindakan pencegahan dan pengontrolan terhadap tekanan darah. Salah satunya adalah dengan mengetahu tekanan darah itu sendiri. Cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan alat ukur yang disebut tensimeter. Tidak ada salahnya sebagai masyarakat awam atau non medik, kita memiliki tensi meter dirumah sebagai alat standar kesehatan yang ada dirumah kita, apakah itu tensimeter digital, tensimeter air raksa atau tensimeter jarum. Namun seperti halnya saya ketika baru pertama kali menggunakan tensi meter jarum kebingungan, bagaimana cara mengetahui angka Sistole dan Diastole yang menunjukkan tingkat tekanan darah kita. Kali ini saya akan bercerita bagaimana Cara Mengukur Tekanan Darah Menggunakan Tensi Meter Jarum sebagaimana yang telah diajarkan oleh kakak saya yang seorang bidan.
Stetoskop

Pertama-tama kenakan sabuk ukur di pangkal lengan kiri yang akan diukur, dan kunci.Kemudian, jangan lupa, tutup katup udara dari pompa tensimeter tersebut dengan mengencangkan sekrup yang ada pada tensimeter. Setelah itu ambil stetoskop yang akan kita gunakan untuk mendengar denyut nadi yang akan diukur. Ingat ! Jangan terbalik meletakkan pada telinga, karena jika terbalik, kita justru tidak bisa mendengar apa-apa ! indikasinya cukup dengan mengetuk-ngetuk ujung stetoskop yang nantinya akan kita tempelkan pada urat nadi yang akan diukur, Jika kedengaran ribut kresek-kresek atau dung-dung-dung ketika diketuk-ketuk, artinya stetoskop sudah terpasang dengan benar ditelinga kita. Oh ya, alat dengar yang ada diujung stetoskop dapat didengar bolak-balik dikedua sisinya, tapi pada saat bersamaan hanya satu sisi yang bisa didengar, ada penyetelannya apakah mau mendengar dibagian punggung stetoskop atau tidak, untuk mengubah posisi dengar ini cukup dengan memutar-mutar kepala stetoskop tersebut.
Setelah sabuk ukur terpasang, kemudian katup udara telah terkunci, stetoskop telah dipasang ditelinga dengan benar, lalu letakkan ujung dengar stetoskop pada posisi nadi yang akan diukur biasanya di panggal lengan itu sendiri atau dipergelangan tangan, dan mulailah memompa udara. Perkirakan posisi jarum pada posisi diatas dari angka pengukuran sang "pasien" yang  biasa, artinya, jika tensi sang "pasien" biasanya Sistole 110 maka posisi jarum bergerak cukup hingga 150 saja, setelah itu pelan-pelan buka katup udara sambil mendengar dengan seksama suara di stetoskop. Oh ya, tangan kanan membuka katup udara, tangan kiri memegang ujung stetoskop pada posisi urat nadi. Buka sedikit demi sedikit katup udaranya, hingga terdengar bunyi detakan yang pertama. Angka yang ditunjukkan jarum ketika terdengar bunyi detakan pertama adalah Sistole atau angka yang diatas, lalu terus dengarkan stetoskop hingga suara denyutannya hilang, ketika denyutan tersebut hilang, maka angka yang ditunjukkan jarum adalah Diastole atau angka yang dibawah. Jadi jika Sistole 110 dan Diastole adalah 90 maka tensi hasil ukur adalah 110/90. Nah mudah bukan ? Tidak perlu datang ke paramedik untuk mengetahui tekanan darah kita sendiri. Dengan sering melakukan kita akan mudah mengukur tensi kita sendiri sehingga kita bisa mengontrol pola makan, pola istirahat dan sebagainya untuk mengontrol tekanan darah kita. Semoga bermanfaat

Periksa Fungsi Hati Anda


Fungsi Hati


Hati pada manusia memiliki fungsi yang banyak, lebih dari 500 fungsi hati. Beberapa fungsi hati yang penting antara lain menetralisir racun dalam tubuh sebagai organ yang mengontrol lemak, asam amino dan kadar gula dalam darah, memerangi infeksi, memproses makanan yang sudah selesai dicerna oleh usus halus, mengatur kerja empedu, menghasilkan enzim dan protein yang berguna untuk berbagai proses dalam tubuh seperti dalam proses pembekuan darah dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak.
Fungsi hati biasanya tetap akan berfungsi dengan baik tanpa dipengaruhi faktor umur. Namun, beberapa "musuh" yang dapat merusak hati antara lain karena konsumsi alkohol yang berlebihan, perlemakan hati dan virus hepatitis yang menyerang hati. Pemeriksaan dini terhadap fungsi hati dapat menyelamatkan hati agar dapat tetap menjalankan fungsinya.

Pemeriksaan Fungsi Hati

Pemeriksaan terhadap fungsi hati secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR).
Masing-masing pemeriksaan tersebut menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya adalah:
  • Alanine aminotransferase (ALT) dan Aspartarte aminotransferase (AST)

    Pemeriksaan Alanine aminotransferase (ALT) dan Aspartarte aminotransferase (AST) bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Angka yang tinggi biasanya menjadi indikasi adanya gangguan hati. Pada penderita hepatitis, nilai ALT 20-50 kali lebih tinggi dibanding pada orang yang normal. Nilai AST yang tinggi menunjukkan adanya gangguan otot pada salah satu bagian tubuh.
  • Alkaline phosphatase (ALP)

    Pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP), bertujuan untuk mengetahui apakah ada sumbatan pada saluran empedu.
  • Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT)

    Pemeriksaan Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.
  • Bilirubin

    Pemeriksaan Bilirubin, bertujuan untuk mengetahui kadar "penyakit kuning" karena gangguan pada hati. Angka yang tinggi menggambarkan bahwa pasien mengalami gangguan tersebut yang biasa ditandai dengan mata dan kulit yang menjadi kuning.
  • Albumin

    Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan protein.
  • Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR)

    Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit kronik menjadi semakin buruk.
Jika ada kecurigaan penderita mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya, pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP). Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita, sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA.
Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlamba